Minggu, 25 Maret 2012

menulis unek-unek tentang fisika

Saya mulai tulisan ini dalam pendekatan fisika, karena saya belumlah menjadi seorang integralist seperti armahedi nmahzar yang melihat realitas dalam segala sudut pandang secara integral. Saya mulai tulisan sekaligus unek-enek pemikiran saya melalui fisika klasik yang cukup sukses dengan hadirnya teori mekanika newton yang sebenarnya newton sendiri berdiri diatas pundak galileo dengan hukum geraknya. Melalui hukum mekanika, ilmu alam benar-benar berkembang menjadi sebuah mesin yang terus begaerak, yang mana gerak benda-benda ini menjadi dasar fisika modern (fisika baru).
Hadirnya fisika baru menyatakan bahwa teori teori mekanika newton bukanlah hukum universal. Mekanika newton hanya berlaku untuk dunia kita sehari-hari. Tapi dalam konteks mikroskopis maupun makro (semesta) konsep ini tidak brlaku. Pada akrir abad ke 20 einsten mngatakan ada kejanggalan pada teori mekanika newton. Newton tidak tidak memasukkan unsur waktu dalam teorinya. Bagaimana teori tentang gerak (mekanika) bisa absolut benar tanpa memasukkan unsur waktu?. Jika kita memasukkan unsur waktu dalam teori gerak, maka tidak akan pernah ditemui gerak lurus, semua hukum gerak akan melengkung, pernyataan ini sekaligus mendobrak teori geometri euclidian.  secara otomatis hukum 1 newton yang berbunyi “benda diam cenderung terus diam. Benda bergerak cenderung terus bergerak lurus dengan laju konstan” tidak berlaku. Begitu pula halnya dengan hukum 2 dan 3 newton, newton tidak memasukkan unsur waktu didalammya. Newton hanya memandang ilmu alam secara 3 dimensi. Namun fisika moden ditandai dengan para fisikawan mulai memandang alam dalam 4 dimensi. Meminjam ungkapan popular einstein “semesta terbatas, namun tidak dapat dibatasi’, maka disimpulkan bahwa alam tidak statis namun terus mengembang. teory tentang terbentuknya alam semesta yang paling fenomenal dan yang paling diakui hingga saat ini adalah “teory big bang”, berawal dari big bang, materi, ruang dan waktu tercipta. Edwin hubble dengan teropong raksasanya membuktikan kebenaran teory bigb bang sekaligus membenarkan ucapan einstein bahwa semesta terus mengembang. hubble mealau teropongnya melihat sinar-sinar ungu dan merah yang merupakan serpihan dentuman big bang yang terus bergerak menjauh. hadirnya  teori fisika modern dengan dengan menyadari semesta 4 dimensi melahirkan ketertarikan khusus bagi para fisikawan tentang waktu. Salah satunya aldalah stephen haawking menulis buku fenomenal tentang waktu yang dijuduli dengan “a brief history of time”, dalam pecakapan khusus dengan ingan 2 pembicara lainnya dr. carl sagan Dari universitas cambrige dan arthur c. clark penulis novel 2001: a space odyssey. Percakapan tersebut maembahas tentang universe, “time before time begin”. Stephen hawking menyebutkan ada dua jenis waktu, yang pertama adalah waktu real (real time) yaitu waktu yang kita rasakan kita rasakan saat kita bisa mengenang masalalu atau kita tumbuh besar. Waktu yang kedua adalah waktu imagineer (imaginary time) yaitu waktu yang tiada awal dan tiada akhir. Dalam tingkat kesadaran biasa kita tidak akan mampu memahami waktu imagineer. Masih pembahasan tentang waktu, Dalam the tao of physics, fritjoft capra mecoba membahas titik temu antara pemikiran fisika modern barat dengan pandangan mistisme timur. Para fisikawan barat mencoba memahami realitas melaui pendekatan logika (dalam hal ini fisika modern) yaitu dengan memasuki dunia atomic dan sub atomic, melalui pengamatan yang serius partikel inti atom terus bergarak, untuk mengamati partikel para fisikawan tidak mungkin mengamatinya dalam keadaan diam, karena akan merusak sistem secara keseluruhan, karena selain sebagai partikel, partikel itu sendiri adalah gelombang (dualitas).  Partikel adalah yang mengikat partikel-partikel lain sekaligus bagian dari ikatan partikel-partikel itu. Ini sangat sulit dipahami. Pembahasan mengenai partikel membutuhkan bab khusus. Seiring pengamatan, maka secara integral para pengamat fsika menyadari bahwa, semesta, baik dalam lingkup makroskopis maupun mikroskopis adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan pengamat sendiri adalah bagian dari kesatuan itu. Kesalahan atau lebih cocok disebut dengan keterbatasan para fisikawan selama ini adalah bahwa fisikawan cenderung memahami sesuatu secara terpisah, melalui logika, objek yang diamati dipisahkan. Kemudian dibuat permisalan dalam simbol-simbol matematika, dan membuat model. Namun kenyataannya adalah pendekatan seperti ini sama sekali bukan realitas, namun hanya mendekati realitas, buah-buah pikiran yang tidak akan pernah mencapai realitas yang sesungguhnya. Pendekatan seperti ini berakar dari pendekatan yunani yang mendewakan geometri.  Para filsafat yunani menganggap bahwa geometri adalah realita yang sesungguhnya, karena melalui geomeri segalanya dapat dipahami, bahkan hal-hal yang abstak seperti keindahan sekalipun. Segalanya masuk logika. Bahakan konon katanya di perguruan pedidikan tertulis, “jangan masuk kesini kecualai anda memahami geometri”. Sementara fisikawan barat cenderung menilah-milah objek, para mistiskus timur, seperti budha, hindu, taois, dll justru tidak tertarik dengan hal tersebut. Para mistikus lebih tertarik pada prinsip kesatuan, semesta adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bukan berarti tidak memahami unsur-unsur kesatuan. Mereka memandang dunia sebagai suatu kesatuan, bahkan diri adalah satu bagian dari kesatuan, tidak memilah objek dan subjek. Subjek adalah objek, dan objek adalah subjek. Karena itu para mistikus dalam tingkat kesadaran yang tinnggi mampu memandang dunia dalam 4 dimensi. Hal ini tercermin dari meditasi-meditasi. Dalam tingkat kesadaran yang sangt tinggi melaui meditasi para mistikus menyatu dengan dunia 4 dimensi, yang tidak hanya sebatas ruang, namun juga waktu. Kembali pada ulasan stephen hawking tentang waktu imaginer, para mistiskus timur sepertinya bukan tidak mungkin mampu melewatinya. Kesadaran seperti ini tentunya tidak akan dipahami oleh para fisikawan barat yang cenderung memilah objek, mengamatinya dan tidak akan mencapai realitas sesungguhnya. Logika bukanlah realitas, namun hanya buah dari pikiran.
Melalui fisika, mulailah mempertanyakan diri, siapa aku?, darimana aku berasal?, dan pertanyaan-pertanyaan dasar lainnya, saat ini fisika mengalami kebuntuan. Dr. Carl sagan, penulis beberapa buku terkenal cosmos, billions and billions, dragons of eden, the cosmic conection, dll, mengatakan, “kalau kita bertanya, mengapa bulan berputar?, benapa rumput itu hijau?, dan kenapa langit itu biru?, siapa Sang penciptanya?, kemudian siapa yang yang menciptakan Sang pencipta?, saya rasa tidak ada yang tau..”. hal-hal semacam itu masih tetap menjadi pertanyaan. Bahkan carl sagan melakukan penjelajahan sendiri mengenai pencarian Tuhan dalam bukunya “the varetis of scientific experience : a persoal view of the search for god”. Berbicara mengenai ada atau tidaknya Tuhan. logika manusia saat ini belum ada yang mampu untuk memahaminya. Dibutuhkan logika dengan tingkat kesadaran yang sangat tinggi.  Karena itu saat ini Tuhan hanya mampu diyakini dengan sebuah keyakinan. Meminjam ungkapan admonadi dalam bukunya kuun fa yakuun, “jika kau bertanya siapa Tuhan?, maka bercerminlah, dan tanyakan pada bayanganmu siapa aku?, kemudian kau akan temukan siapa kamu dan siapa tuhan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar