Jumat, 19 Agustus 2011

PERUBAHAN RUMAH ACEH TERHADAP ADAPTASI WAKTU


ini hanyalah pengantar yang saya tulis pada salah satu mata kuliah arsitektur nusantara
PENGANTAR
Sebuah hunian (rumah) tradisional tebentuk dalam kurun waktu yang lama dimana masyarakat telah menetap dan memiliki waktu luang (pengalaman) untuk berpikir dan berkreasi. Dalam proses terbentuknya, terjadi bebagai perubahan dan adaptasi terhadap hunian tersebut, sampai akhirnya membentuk suatu hunian yang dianggap sempurna sesuai dengan pandangan hidup masyarakat di wilayah tertentu pada saat itu.

Perubahan dan adaptasi yang dimaksud ternyata tidak berakhir pada kurun waktu tertentu, namun terjadi sepanjang waktu, bahkan sampai sekarang, dan akan terus berlangsung di masa depan. Adapun bangunan yang akan dibahas disini adalah sebuah rumah adat (tradisional) aceh yang telah termodifikasi hingga 75 %. Perubahan (modifikasi) dilakukan dengan berbagai pertimbangan, persepsi, dan pemberian solusi terbaik terhadap masalah-masalah yang muncul terkait perbedaan masa atau perkembangan zaman. Dalam hali ini kebanyakan perubahan (adaptasi) dipengaruhi oleh perbedaan material bangunan.

Rumah aceh yang akan dibahas dalam tulisan ini dibangun pada awal tahun 2010. Pertanyaannya yang mungkin muncul adalah mengapa sang pemilik memutuskan untuk membangun rumah dengan tipe tradisional pada saat sekarang?, bukankah sekarang ini tipe seperti itu dianggap kono?, apakah kemunculan bangunan dengan tipe ini tidak terlalu kontras terhadap lingkungan?. Kalimat dibawah secara singkat telah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Bentuk dan suasana ruang memang membawa sebahagian besar orang menikmati keelokan arsitektur. Rasionalitas dengan paham fungsional, ide dengan paham praktis, maju dengan paham teknologi, modern dengan paham merajai waktu. Paham telah merubah paradigma, bahkan cara berfikir, memandang, merasakan..mencoba menyamakan persepsi..tapi paham juga telah memberi batasan..batasan yang membuat batin tak terpuaskan..Paham yang terbentuk oleh hanya rasionalitas, menyepelekan makna, nilai, filosofi..dianggap sebagai penghambat, sebuah jurang pemisah untuk suatu pencapaian..Arsitektur Modern....

 Kalimat di atas memberikan jawaban dari semua pertanyaan yang mungkin muncul terkait dengan alasan membangun rumah tradisional di era modern. Arsitektur modern telah mendominasi objek arsitektur saat ini, pahamnya telah mendominasi persepsi masyarakat terhadap objek arsitektur. Terlebih, arsitektur modern telah mempengaruhi bentuk dan ruang arsitektur tradisional. Karena itu suatu kesulitan besar saat ini jika ingin menjumpai sebuah objek arsitektur tradisional yang murni, asli, dan suci. Khususnya di wilayah Aceh, karena tulisan ini ditulis berdasarkan sebuah hunian di wilayah aceh itu sendiri. Walau bagaimanapun arsitektur tidak bisa terlepas dari aspek social dan budaya. Aspek sosial dan budaya dikatakan sebagai factor utama dari proses pembentukan hunian. Aspek social dan budaya mampu menjawab semua pertanyaan yang mucul terkait keragaman arsitektur. Karena itu tidaklah mungkin satu paham arsitektur dapat menjawab semua kebutuhan arsitektur di semua wilayah. Termasuk paham arsitektur modern sekalipun. Karena tidak mungkin dua atau beberapa wilayah memiliki aspek social budaya yang sama sekali sama. Karena kebutuhan (kerinduan) social budaya inilah rumah aceh yang akan dibahas dalam tulisan ini dibangun. Rumah aceh yang baru dibangun ini memang sudah tidak murni, namun perubahan inilah yang menarik untuk dibahas dalam tulisan ini.

Kerumitan Arsitektur


Mempelajari arsitektur memanglah mudah,,mewujudkannya itu juga mudah,,menilainya adalah susah, ada banyak perkara,, menerima atau diterima itu adalah problema,,problema dari ragam persepsi, menyamakan persepsi itu adalah puncak kerumitan arsitektur,,jika ragam persepsi telah disatukan dalam sebuah objek arsitektur, maka hilanglah semua perkara dalam arsitektur..
Hilangnya perkara berarti hilangnya ragam persepsi, ragam persepsi timbul dari misteri, hilangnya misteri menghilangkan tanda tanya, tanda tanya adalah interaksi dari ketertarikan, keingintahuan yang timbul dari apa yang menarik,,
Jika semua persepsi telah sama, maka tiada tanda tanya, tiada yang membuat menarik,,Biarlah arsitektur tetap benaung dibawah misteri, misteri yang mengundang tanda tanya, dengan begitu dia tetap menarik,,dengan begitu, kerumitan dalam arsitektur adalah mudah.
Istiqamah,
24 september 2010