Senin, 23 Januari 2012

introduction of cerpen roman melankolisku.. fiktif bwanget..



" Takdir  tetap menjadi takdir. Jodoh tetaplah jodoh. Serapat apapun kita menutup diri, sekuat apapun kita saling benci. Namun hati tak mampu dibatasi, walau ketetapan tak menjadi tujuan, namun tak ada jalan lain selain ketetapan. Tuhan memberi satu lajur. Lajur yang dibatasi berlapis dinding. Terkadang kau coba hancurkan semua dinding pembatas lajur, kau bahagia temukan lajur baru, namun ketika kau sadar lajur itu ternyata lajur yang sama. Karena ternyata lajur itu melingkar, tak ada yang lurus. Kau masih mencoba pecahkan semua dinding pembatas, saat semua dinding pecah kau melihat, hanya ada dua titik, awal dan akhir, walau ditengah begitu melingkar, saat itulah kau percaya pada kepastian. Hanya ada satu lajur, maka ikutilah..  "

Minggu, 22 Januari 2012

aku, keluargaku, dan lain-lain

Seperti keluarga biasanya, aku punya ayah dan ibu kandung. Aku punya tiga saudara, satu orang kakak perempuan dan dua orang kakak laki-laki,  sedangkan aku adalah anak bungsu. Kebanyakan Cerita-cerita yang lain akan menceritakan betapa bahagianya menjadi anak bungsu, anak yang paling disayangi orang tua sampai-sampai semua saaudaranya akan membenci si bungsu, memusuhinya atau mencelakakannya, mungkin secara dramatis dikuasai rasa iri. Tapi ceritaku tidaklah sedramatis itu. Ini datar dan entah aku yang kurang berperasaan atau menjiwai kisah sebagaimana seorang penulis. Aku berusaha untuk objektif dan tidak membumbui fakta yang ada pada kisah ini. Tapi.. itu susah, karena memang seperti itulah yang dikatakan kebanyakan penulis melalui pengalaman-pengalamannya dalam menulis, tanpa bumbu, cerita menjadi hambar dan datar. Jadi tanap sengaja aku memberi bumbu, hanya garam dan saus saja, layaknya makanan cepat saji, bukan rempah-rempah atau bumbu kari yang berlebihan.

Kamis, 19 Januari 2012

Sosial dan Budaya dalam Arsitektur dan Urban Design

Tulisan ini saya tulis sebagai ringkasan kuliah tamu yang diberikan Prof. Gunawan Tjahjono pada tanggal 5 oktober 2011 di universitas syiah kuala. Jika hasil kuliah ini ditulis oleh seseorang yang paham dan benar-benar mengerti tentang apa yang disampaikan saya yakin bahwa apa yang disampaaikan prof. Gunawan Tjahjono dalam durasi 3 jam ini melingkupi isi buku yang jika ditulis akan lebih dari 400 halaman. Karena apa yang disampaikan Prof. Gunawan Tjahdjono sangat luas dan beragam, mulai dari nilai-teori-arsitektur-asal mula arsitektur-tema-sampai ke simtem pendidikan studio di arsitektur Universitas Indonesia saat ini. Sayangnya simpulan yang dapat saya pahami begitu dangkal, karena dalamnya apa yang disampaikan, hanya sedikit yang membekas dimemori saya, dan jujur saja dengan minimnya wawasan dan pengetahuan yang saya miliki saat ini, saya belum mampu menangkap sebagian besar isi kuliah ini, dan samapi saat ini saya masih bertanya-tanya dan terus menggantung dipikran saya. sehingga saya hanya mampu menuliskannya dalam sangat sedikit halaman yang  pastinya tidak cukup meringkas dan menjelaskan semua yang telah disampaikan Prof. Gunawan Tjahjono.

Pudar Terang Situs Aceh (Sebuah tulisan berputar-putar)

Keragaman situs (tempat) di Aceh yang masih ada maupun yang telah terbungkam waktu memperlihatkan keragaman arsitektur yang melekat di Aceh itu sendiri. Merujuk kepada arsitek arkeolog Prof. Ir. VR.Van Romondi (1952), “Jatuh bangunnya suatu kebudayaan dapat dipastikan akan diikuti oleh arsitekturnya.” Sehingga, mengkaji mengenai Arsitektur Aceh tidaklah sebatas sekedar pemahaman akan arsitektur tradisional dalam wujud rumah aceh yang lebih dikenal saat ini. Namun, dibutuhkan pengkajian kembali akan sejarah perkembangan kebudayaan yang melekat di Aceh sebelum dan setelah langgam arsitektur tradisional terwujud.