Minggu, 22 Januari 2012

aku, keluargaku, dan lain-lain

Seperti keluarga biasanya, aku punya ayah dan ibu kandung. Aku punya tiga saudara, satu orang kakak perempuan dan dua orang kakak laki-laki,  sedangkan aku adalah anak bungsu. Kebanyakan Cerita-cerita yang lain akan menceritakan betapa bahagianya menjadi anak bungsu, anak yang paling disayangi orang tua sampai-sampai semua saaudaranya akan membenci si bungsu, memusuhinya atau mencelakakannya, mungkin secara dramatis dikuasai rasa iri. Tapi ceritaku tidaklah sedramatis itu. Ini datar dan entah aku yang kurang berperasaan atau menjiwai kisah sebagaimana seorang penulis. Aku berusaha untuk objektif dan tidak membumbui fakta yang ada pada kisah ini. Tapi.. itu susah, karena memang seperti itulah yang dikatakan kebanyakan penulis melalui pengalaman-pengalamannya dalam menulis, tanpa bumbu, cerita menjadi hambar dan datar. Jadi tanap sengaja aku memberi bumbu, hanya garam dan saus saja, layaknya makanan cepat saji, bukan rempah-rempah atau bumbu kari yang berlebihan.

Oke, kita mulai cerita ini dengan kisah kecilku. Aku lahir di sebuah desa, desa matang glumpang dua, Aceh. Bagaimana kisahku saat lahir?, kau tidak berpikir aku mengingatnya kan??, syukurlah... memangnya siapa yang ingat kisahnya saat keluar dari perut sang ibu, saat dia berlumur darah, merengek, menagis keras, saat dokter memotong tali pusar dan menepuk pantatnya, atau saat pelukan pertama dari ibu, yaa.. secara umum mungkin begitulah kisah aku saat lahir.  Aku terlalu bertele-tele??, baiklah, ini dia.. aku tumbuh menjadi bocah kecil, aku tidak ingat alur ceritanya yang jelas  aku ompong digigi bagian atas, aku masih merasakan suara ejekan-ejekan yang mengatai aku ompong. Aku lupa mengatakan bahwa aku adalah anak perempuan. Tapi saat aku kecil lingkunganku sama sekali tidak menganggap kalau aku ini anak perempuan, walaupun ibuku sering memakaikanku baju merah muda dengan rok kembang diatas lutut bekas kakak perempuanku yang tidak muat lagi. Ohya, kisahku bersama kakak perempuanku sepertinya tidak ada yang special, aku tidak mengingat satupun sampai sekarang, mungkin karena aku selalu menghabiskan waktu bersama teman-temanku diluar rumah sedangkan kakakku itu selalu dirumah bermain dengan boneka-boneka kertas yang disebutnya “bongkar pasang.” Kertas-kertas itu sampai satu empang sebelum ayahku membakarnya. Tragis...
Sampai saat ini apa kau yang membacanya cukup bosan???, bagus.. bayangkan apalagi aku dalam posisi penulis. Kenapa aku menulisnya?, karena aku diharuskan menulis oleh sebuah komunitas penulis pemula dan aku tidak punya rumor fiksi lain untuk dituliskan. Kau tau?? Fiksi... “aku benci fiksi!!”.. hey... yang benar saja?? Aku seorang akademisi yang menyukai ilmiah, kenapa aku harus menulis fiksi??, aku bahkan belum pernah membaca novel. Dan aku harus menulis fiksi yang lucu???,, ohh... yang benar saja???.. apa kau bertambah bosan??, apalagi aku. Aku harus minum kopi dulu untuk melanjutkan ke paragraf selanjutnya, aku sarankan kau juga melakukan hal yang sama.
Part I
Ibuku seorang guru, jarak sekolahnya cukup jauh dari kediaman kami. Dia mengayuh sepedanya cukup jauh setiap pagi, menitip sepedanya di rumah temannya yang agak dekat dengan jalan raya, kemudian berjalan kaki menuju jalan raya untuk menaiki angkutan umum menuju sekolahnya untuk mengajar. Fiuh.. sepertinya melelahkan. Ohya.. sebelum kesekolahnya ibuku menitip aku dan kakakku ke kediaman seorang wanita tua yang sangat baik kami memanggilnya “macut”, itu bahasa aceh, entah apa sebutan bahasa indonesianya, sedangkan kedua abangku sudah pergi kesekolah saat itu .  Bagaimana dengan ayahku?? Aku tidak ingat. Setauku saat itu dia bekerja di sebuah perusahaan asuransi bernama bumiputra, setiap aku bangun pagi dia sudah tidak ada, kecuali hari sabtu dan minggu, dia tidak bekerja dan biasanya kami jalan-jalan. Begitulah kata beliau saat aku dewasa sekarang. Tapi aku sama sekali tidak ingat kami jalan-jalan kemana.
Hmmm... apa paragraf diatas disebuat kisah?? Aku rasa tidak.

Part II
Ini kisah tantang ayahku. Aku tidak menyaksikannya secara langsung. Tapi ini ceritanya. Sebelum ayahku bekerja di perusahaan asuransi, dia adalah pejual rokok dan atap jerami. Dia seoranng pemuda sukses yang kaya walau kerjaannya tidak jelas. Dari hasil kerjaan yang serabutan tidak jelas itu dia berhasil membeli mobil baru. Pada masanya mobil masih jarang, apalagi dimiliki anak muda, padahal untuk membeli mobil itu ayahku mengorbankan semua unag tabuangannya tanpa tinggal sepeserpun. Saat itu semua orang menira bahwa ayahku itu seorang yang sangat kaya. Suatu hari, mobil barunya itu dipinjam oleh seorang temannya yang tidak begitu akrab. Ayahku pun meminjamkannya. Sampai beberapa hari mobil itu tidak dikembalikan sampai ayahku sadar bahwa dia baru saja ditipu dan mobilnya pasti dicuri. Ayahku terpuruk. Dalam ketrpurukannya itu datanglah seorang teman yang lain yang bekerja di sebuah perusahaan asuransi menawarkan ayahku untuk jadi investor (saat itu ayahku memang benar-benar terkenal sebagai orang kaya). Dengan nada yang sangat sopan dan halus temannya berkata, “pak.. blablabla.. sudi kiranya bapak menjadi investor di perusahaan kami.” Ayahku diam dan tertawa geli tiba-tiba, “bwahahahahahahahahahaa.... yang benar saja, saya tidak mau jadi investor, saya mau pekerjaan saja (langsung to the point). Setelah berbicara panjang lebar ayahkupun akhirnya bekerja diperusahaan asuransi itu.
Saat bekerja di perusahaan itu ayahku selalu menaiki angkutan umum setiap paginya, tidak mau ambil gengsi, ayahku selalu membawa dasi dalam sakunya, turun kira-kira 10 meter sebelum tiba depan kantor kemudian mengenakan dasi, bak pekerja kantoran lainnya.
Setiba di kantor,
Teman-teman ayah    : pagi pak... naik apa??
Ayah                            : naik mobil..
Teman-teman ayah    : parkir dimana pak?
Ayah                            : tuh di bawah, yang di pjok..
Teman-teman ayah    : oh.. mari pak..
Ayah                            : yuk mari..

Sampai beberapa lama bekerja ayahku bereakting seperti itu setiap hari, sampai dari penghasilannya itu dia bisa membeli motor.
Teman-teman ayah    : pagi pak... naik apa??
Ayah                            : naik motor..
Teman-teman ayah    : lho?? Kog ga naik mobil pak??
Ayah                            : biar simple..
Teman-teman ayah    : oh.. mari pak..
Ayah                            : yuk mari..


Part 3
Ini kisah tentang kakak perempuanku yang sangat polos, jujur, dan takut berbuat salah. Kakakku pernah memecahkan gelas dan karena takut akan dimarahi di cepat cepat membersihkan pecahan itu dan membuangnya dalam closset wc. Abangku yang paling tua tanpa sengaja melihatnya, kakakku itupun pucat hampir pingsan. Abangku tertawa terbahak-bahak dan melaporkannya pada ibu. Padahal memecahkan gelas bukanlah pekerjaan kriminal yang sangat tercela dan sudah biasa terjadi di keluarga kami.
Ada kisah lain lagi tentang kepolosan kakakku. Suatu hari, ayahku sedang malas bekerja dan bermalas-malasan di rumah. Dia berpesan pad semua isi rumah,  “ kalau ada yang menelepon, atau datang mencari ayah, bilang saja kalau ayah tidak ada.”
Kring....kring... kring.... suara telepon berdering, aku, kakakku, abang-abangku semua berebutan mengangkat telfon itu (masih kecil). Dan pemenagnya adalah kakakku. Kamipun meninggalkannya.
Penelfon          : hallo... pak anwar ada??
Kakak               : ada, tapi katanya kalau ada yang mencarinya katakan dia tidak ada dirumah.
Penelfon          : oke-oke.. (pastinya sambil tertawa)
Tak lama kemudian si penelfon datang kerumah, seisi rumah mengatakan kalau ayahku tidak ada dirumah, si penelfon itu malah tertawa dan menceritakan kisah kakakku yang di telfon tadi, ayahku pun terpaksa mengakui penipuannya itu. Hahahahahaha... benar-benar polos kakakku itu..

Part 4
Oke, ini cerita tentang aku, kakakku dan abang-abangku. Cerita disubuah ruang kecil didalam rumah yang kami sebut wc. Wc kami wc jongkok, berwarna biru sudah jelek dan kumuh. Aku sangat benci tempat ini. Kalau ibuku tidak mencubit dan memarahiku, mungkin aku lebih memilih buang air di bawah pohon atau selokan belakang ruamah. Ada kisah unik di ruang kecil ini. Setiap mau ke wc kami pasti mencari uang logam mau seratus ruapiah, limapuluh rupiah, limaratus ruapiah, atau berapa sajalah, kalau tidak ada uang logam, pakupun jadi, pokoknya logam. Tau untuk apa? Selalu ada kisah bersambung didinding toilet.  Dinding toilet penuh dengan coretan, terkatang aku menggambar tentang pertarungan dragonball, sun go ku melawan picollo, belum habis cerita itu ku gambarkan bak komik, perutku sudah tik mulas lagi, akupun keluar wc dan cerita itu akan dilanjutkan oleh kakak atau abang-abangku. Sangat banyak cerita bersambung di dinding wc kami.

Part5
Kalian bertanya kenapa aku tidak menceritakan kisahku dan keluargaku?, karena kisahku samgat menyedihkan. Ada sebuah kisah menyedihkanku tentang menjadi anak bungsu. Anak bungsu adalah anak yang paling tidak berdaya dan lemah. Setiap ada konflik, aku dan kedua abangku selalu main otot. Pantas saja aku selalu kalah. Mereka laki-laki dan lebih tua 4-5 tahun dari aku. Aku selalu kalah. Aku pernah dimasukkan ke sumur dengan kepala tebalik sambil menjerit histeris, pernah melawan sekuat tenaga sampai kelelahan, tapi mereka hanya memegangi kepalaku saja, kemudian mendorongnya, pernah lari tidak berani masuk rumah dari pagi sampai sore, dihajar habis-habisan, dan masih banyak lagi. Cukup iba melihatku?, jangan berlebihan. Itu memang menyakitkan. Karena itulah aku pernah bercita-cita dan terobsesi belajar kung fu di biara shoulin. Belum pudar cita-cita itu sampai sekarang.
Belum lagi aku seperti anak autis di keluarga besarku. Setiap lebaran dan berkumpul, hampir tidak ada yang menyapaku. Pasti yang disapa kakakku atau kedua abangku. Biasanya aku hanya pemeran ketiga yang tidak ikut andil dalam perbincangan para keluarga. Sangat membosankan. Karena itu masa kecilku lebih banyak kuhabiskan bersama teman-teman dibandingkan dirumah. Dan teman-teman masa kecilku adalah yang terbaik, semua dari mereka laki-laki kecuali satu orang si mila, diapu sangat tomboi. Aku bangaikan pimpinan genk cilik ditengah-tengah mereka.

Part 6
Nantikan kelanjutanya di buku yang akan diterbitkan “nanti”..

3 komentar:

  1. Bagaimana ini, ceritanya hebat sekali,meski jika dibayangkan ini terjadi pad akeluarga isti sungguh ini menggelitik...
    kakak bersuuzan ada beberapa bagian yang ditambahkan, anda jujr sekali isti...

    BalasHapus